(Oleh: Fr. Stefanus Damai, CMM., S.E., M.Pd.)

Belajar dari Seorang Profesor

 

Untuk belajar sesuatu yang bermakna, dapat kita temukan dari berbagai situasi hidup yang ada di sekitar kita. Yang paling utama ketika kita mau belajar adalah kepekaan dan kecerdasan dalam menilainya: apakah peristiwa itu penting atau tidak. Tapi menurut hemat saya: setiap peristiwa hidup selalu ada pelajaran untuk kita ambil maknanya. Ini yang saya sebut sebagai sekolah kehidupan karena pelajarannya dan gurunya kita temui dari peristiwa yang ada. Tak perlu kurikulum yang ribet apalagi guru bersertifikasi, yang diperlukan adalah hati nurani dan kemauan untuk berubah.

Saya punya pengalaman belajar dari kehidupan. Kisahnya seperti ini: Kala itu, untuk suatu keperluan, saya biasanya sebelum bertemu Sang Profesor akan memberitahukan ke beliau melalui pesan singkat kapan sekiranya beliau bisa ditemui. Sang Profesor selalu menjawab dengan penuh antusias, proaktif dan pastinya selalu memberikan solusi yang positif bila saya menghadapi persoalan. Dia selalu tepati janji dan sangat berdisiplin. Sederhananya: spirit pelayanannya luar biasa. Pengalaman ini menginspirasiku bahwa dalam melayani:  kita harus disiplin, rendah hati, menepati janji, jangan membuat orang lain menunggu terlalu lama, bijaksana dan mampu memberikan solusi.

Dari kisah bersama Sang Profesor tadi ada beberapa point penting yang erlu saya garibawahi yaitu: Pertama, antusias. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan antusias sebagai suatu sikap yang bergairah dan bersemangat. Ketika kita bergairah dan bersemangat untuk bertemu dengan orang lain maka ada pesan yang hendak kita sampaikan bahwa suatu pekerjaan akan berarti bagi diri sendiri dan orang lain bila semuanya dilakukan dengan penuh antusias. Ketika kita berantusias dalam pekerjaan maka kita memberikan ruang kepada orang lain untuk mengalami sukacita dari pelayanan kita. Kedua, proaktif. Bersikap proaktif berarti kita harus bertanggung jawab atas perilaku diri sendiri, di masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang untuk membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip serta nilai-nilai, bukan berdasarkan suasana hati dan keadaan sekitarnya, http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id.

Ketiga, memberikan solusi. Point ini menjadi penting karena sering kali kita temui dalam situasi nyata hidup bahwa ketika kita datang bertemu dengan seseorang yang perlu mendapat perhatian dan masukkannya, bukanya solusi yang kita dapatkan melainkan menambahkan masalah atas diri kita. Hal ini bukanlah sesuatu yang baik, tidak perlu ditiru. Berikan solusi atau jalan untuk penyelesaian terhadap suatu problem kehidupan yang ditemui orang lain. Ini adalah panggilan manusiawi yang beretika yang harus kita lakukan.

Keempat, rendah hati. Rendah hati adalah jalan masuk yang paling baik untuk menggelorakan semangat orang lain yang telah lelah dengan pekerjaannya. Beri sapaan ketika bertemu dengan siapa saja tanpa harus memikirkan titel. Kelima, tepat janji. Membiarkan orang lain menunggu terlalu lama untuk sesuatu alasan yang tidak jelas adalah penyiksaan yang tidak manusiawi. Hindari hal ini bila memang tidak ada hal yang merumitkan yang menghalangi untuk segera bertemu dengan orang lain. Ketika kita menepati janji maka kita telah menghargai orang lain sebagai pribadi yang pantas untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari kita.

Kita telah belajar tentang nilai hidup dari Sang Profesor, saatnya kita buktikan bahwa kita juga bisa bersikap seperti Profesor.(SDM010322)