Belajar Peduli Mulai dari Ketika Makan

(Oleh: Fr. Stefanus Damai, CMM., S.E., M.Pd.)

 

Kelaparan menjadi topik kemanusiaan yang sering menjadi perhatian dunia internasional. Kondisi kelaparan yang terjadi di dunia tidak terjadi tanpa pemicu. Bisa disebapkan oleh peperangan, kebodahan, perubahan iklim,dll. Tidak ada manusia yang ingin lapar atau mati karena lapar. Manusia normal pasti membutuhkan makanan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Bagaimana dengan kondisi kelaparan dunia? Laporan Indeks Kelaparan Global terbaru mengungkapkan bahwa sekitar 50 negara di dunia menghadapi tingkat kelaparan serius. Ada 2,4 miliar orang dilaporkan kehilangan akses terhadap makanan yang bergizi. (https://www.dw.com/id).

Dari data di atas kita dapat mengetahui kondisi kelaparan yang terjadi di dunia. Data ini ini memberikan gambaran bahwa dunia kita sedang mengalami krisis makanan, krisis kepedulian dan krisis pangan. Apa yang perlu kita buat dalam menghadapi situasi yang memerihatinkan ini? Sebagai manusia yang berhati nurani kita sepatutnya peduli. Peduli adalah sebuah keharusan sebagai manusia. Peduli adalah lambang cinta yang bisa mengubah kepedihan menjadi kebahagiaan.

Mulailah Pedulimu Ketika Kamu Makan

Meja makan adalah tempat yang paling bagus untuk membangun waktu berkualitas bersama keluarga sekaligus merupakan momen yang paling baik untuk melihat orang lain sebagai saudara dalam kemanusiaan. Itu sebabnya, makan bersama keluarga harus menjadi suatu kebiasaan yang baik untuk membangun kebersamaan, empati dan berbagai rasa. Ketika makan, ambilah makanan secukupnya ke piring Anda dan makanlah sampai habis. Ketika Anda masih menyisahkannya atau tidak menghabiskannya apalagi membuangnya maka hak orang lain yang Tuhan titipkan ke Anda sedang dipermainkan. Ini tentu perbuatan keji. Di luar sana masih banyak orang yg belum makan oleh karena kekurangan, kemiskinan, dan penderitaan lainnya. Pedulilah dengan kondisi sesama melalui cara dan tindakan yang sederhana namun berkelas.

Cara meningkatkan Kepedulian

Ada banyak cara agar bisa menjadi orang yang peduli terhadap kondisi di sekitar kita. Di zaman yang serbah modern ini ada begitu banyak saluran informasi yang dapat kita pakai untuk dapat melihat kondisi dunia. Tinggal bagaimana kita membiasakan diri untuk dapat menemukan setiap informasi terkait kondisi dunia. Ada beberapa tips atau cara yang dapat saya tawarkan, seperti di bawah ini.

Pertama, membiasakan diri membaca berita tentang masalah kemanusiaan. Bila kebiasaan ini terus kita bangun makan hati nurani kita akan tersentuh yang kemudian akan membangkitkan gairah kemanusiaan kita untuk dapat bertindak dan menolong sesama. Ada banyak bukti yang telah menunjukkan bagaimana kekuatan media sosial dalam membangun kepedulian. Di berbagai media ternama ada begikut banyak aplikasi yang menawarkan kemudahan kepada orang yang mau berbagai, dalam sekejab dapat mengumpulkan uang yang begitu banyak.

Kedua, tukar posisi. Bagaimana kalau penderitaan itu menimpa atau kita yang mengalaminya. Tentu sebagai manusia kita tidak berdaya dan pastinya mengharapkan bantuan orang lain. Tidak ada manusia di belahan dunia manapun yang berkeinginan untuk menjadi manusia yang menderita. Penderitaan bisa diakibatkan oleh banyak aspek. Misalnya: peperangan, kemalasan, kebodohan, dll. Dan, tidak ada manusia yang lahir sebagai manusia yang cuek. Pada dasarnya Tuhan telah menganugerahi manusia akal budi, rasa dan perasaan untuk saling mencintai. Gunakan anugerah itu untuk bisa membantu sesama tanpa harus memikirkan ras, suku dan agamanya. Untuk kemanusiaan yang adil dan beradap cinta kita terhadap manusia harus bersifat universal dan inklusif.

Ketiga, sisihkan sebagian rezekimu untuk sesama.   Setiap orang memiliki rezekinya masing-masing. Besar kecilnya hendaknya tidak memengaruhi tingkat kepedulian kita dalam hal memberi. Berilah sesuai dengan kemampuan, berilah dengan iklas. Yang paling penting dalam memberi adalah niat yang tulus. Niat yang tulus adalah doa yang tak terungkap yang kita selibkan dalam ‘amplop’ kebaikan kita. Nah, bagaimana sih caranya agar bisa menyisihkan rezeki? Ini tipsnya: sediakan amplop di rumah atau kamar anda. Usahakan setiap hari atau bulan ambil sebagian ‘rezekimu’ lalu simpan di dalam amplop itu. Kemudian tetapkan prinsipnya bahwa amplop itu akan digunakan untuk menolong orang lain  dan dibuka kembali pada waktu yang telah ditentukan.

Keempat, berdoalah kepada Tuhan. Berdoalah adalah suatu momen intimitas kita dengan Tuhan yang memberi segala-galanya untuk kehidupan kita. Dalam doa itu kita bersharing kepada-Nya  tentang apa sekiranya yang dapat kita buat untuk kebaikan sesama; kita mensyukuri tentang apa yang telah kita buat terhadap sesama; kita memohon berkat dan petunjuk dari-Nya agar apa yang kita ‘salurkan’ menjadi berkat bagi yang membutuhkan dan pastinya menjadi suatu panggilan jiwa untuk senantiasa membuka hati bagi kesulitan dan kepedihan orang lain. Membuka hati untuk kebaikan adalah panggilan kemanusiaan yang diamati dari surga. Maka jangan ragu untuk terus melakukannya karena itulah “Misi dari Surga” yaitu menyelamatkan dan membahagiakan sesama yang menderita dan membutuhkan.

Petik Inspirasi dari Bunda Teresa

Bunda Teresa dari Kalkuta berkata demikian: “Menjadi orang yang tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak dipedulikan, dilupakan oleh semua orang, aku rasa itulah kelaparan terbesar, bahkan merupakan kemiskinan yang melebihi seorang yang miskin dan tidak memiliki apa pun untuk dimakan”. Apa yang disampaikan oleh Bunda Teresa hendaknya menjadi pemicu bagi kita untuk terus menerus menebarkan kebaikan. Dunia ini membutuhkan uluran tangan kita sehingga tercipta suatu kehidupan bersama yang lebih baik. Jangan biarkan tetanggamu sendirian atau jangan biarkan tetanggamu tidak mengenali engkau di dalam hidupmu. Dunia memang membutuhkan makanan untuk mengenyangkan perut tapi lebih dari itu perhatian dan cinta juga dibutuhkan agar setiap hati memiliki semangat dan gairah dalam hidup. Semoga cinta Tuhan senantiasa tetap hadir dalam setiap kehidupan kita. Jangan abaikan sesamamu tapi bagikan milikmu untuk kebaikannya. Itulah cinta. (SDM18032022)